Kamis, 18 Februari 2010

Tak Sempat Terucap

Kata banyak orang usia 15 tahun belum pantas tuk ngrasain apa itu serangan cinta. Dilema itu yang sekarang lagi dialami oleh Asep, bocah SMP yang sekarang lagi ngalamin apa itu cinta. Asep sendiri berasal dari keluarga yang sangat berkecukupan bahkan untuk mendapatkan uang jajan nya asep berjualan koran setelah pulang sekolah. Asep itu punya kelebihan sendiri, dia itu pandai bahkan selalu ranking 3 besar di kelasnya, dia lugu bahkan dia sering membantu teman-temannya ketika temannya bertanya mengenai pelajaran. Teman-temannya pun tahu kalau sepulang sekolah asep berjualan korang di lampu merah, karena merasa kasihan akan nasib asep ini, teman-temannya punya inisiatf mengumpulkan uang jajan mereka, tapi asep menolak pemberiaan mereka dengan alas an asep nggak mau dikasihani, dia punya prinsip lebih baik bekerja mencari duit daripada mendapat belas kasihan dari orang disekitar mereka. Teman-temannya pun bangga mereka punya teman yang patut untuk mereka contoh. Setelah berjualan koran asep pun langsung menyetor uangnya ke agen koran dimana asep ambil koran tersebut untuk dijual.
Esoknya asep melakukan aktifitas seperti biasa menjual koran setelah pulang sekolah, dia pun menawarkan korannya ke orang-orang di dalam bus. Tanpa disadari di bus itu asep tertarik pada satu sosok cewek yang seumuran dengannya apabila dilihat dari wajahnya, cewek itu pun tersenyum berusaha menanggapi reaksi asep yang memandangnya dalam beberapa waktu tadi, lalu asep berjalan dan menawarkan korannya “non, koran non”, cewek itu pun berkata “ enggak mas”. Hari itu pun asep merasa senang karena baru kali ini dia mengenal sesosok cewek yang bisa buat hatinya berdetuk kencang meski disadarinya dia hanya orang biasa yang harus mencari uang jajan dengan berjualan koran. Setelah selesai kebiaaan hari itu pun dia pun pulang, dirumah asep selalu senyum sendiri, ibu nya pun heran karena anaknya senyum-senyum sendiri dia berusaha bertanya pada asep “ ada apa toh le?”, Asep pun menceritakan kejadian hari tadi, ibunya berusaha merespon cerita anaknya “ le, kamu tuh masih kecil lagian kita tuh orang miskin nggak pantes ngrasain apa itu cinta”. Asep pun diam dalam sekejap.
Esoknya asep pun setelah pulang sekolah dia kembali ke rutinitas kesehariannya yaitu menjual koran dilampu merah dan sembari masuk ke bus-bus untuk menawarkan ke orang-orang, lagi-lagi asep bertemu dengan cewek itu dan disitu asep pun sambil melihat identitas sekolah dan melihat nama yang ada di seragam sekolahnya ternyata dia berasal dari SMP X dan nama gadis itu ialah sinta. Asep cukup bangga bisa mengenal sinta dari namanya.
Asep pun baru inget kalau dia punya kenalan di SMP tempat sinta bersekolah, namanya nana. Setelah diceritakan panjang lebar ternyata sehari-harinya nana ini duduk sebangku dengan sinta yang asep ceritakan ini. Di sekolah nana pun menceritakan semuanya niat dari asep yang ingin berkenalan dengan sinta. Bahkan sinta pun menanggapi niat baik dari asep ini. Si sinta inipun memberikan no panselnya pada nana apabila asep ingin berkenalan secara langsung. Nana pun memberikan no ponselnya pada asep, disitu asep bener-bener bangga karena niat baik nya untuk berkenalan direspon baik oleh sinta. Malam itu pun asep mencoba menghubungi sinta lewat ponselnya. Malam itu pun mereka saling balas-membalas sms nya di sms nya itu sinta menuliskan qw juga lagi ditunggu neph, sempat asep menanyakan hal itu tapi sinta langsung mengalihkan pembicaraannya itu.
Setelah sekitar 1 bulanan mereka saling kenal dan selalu janjian pulang sekolah itu asep sempat punya rasa cinta pada sinta tapi dia takut mengucapkan lagian dia juga inget kalau dia cuma orang miskin. Dah beberapa hari ini sinta tidak sms ke asep, begitu juga asep yang tidak sms ke sinta karena dia saat itu tidak punya duit untuk membeli pulsa karena beberapa hari ini asep tidak berjualan koran karena hendak menghadapi ujian semesteran. Asep pun menanyakan kabar kepada nana teman sebangku sinta ini. Ternyata selama beberapa hari ini sinta juga tidak masuk sekolah karena sakit. Nana pun memberi tahu di rumah sakit mana dia dirawat, lalu dengan membawa jeruk 1 kg hasil jualan koranna ini asep berkunjung ke rumah sakit tempat sinta dirawat. Asep pun masuk ke kamar rawatnya, sinta pun kaget tenyata asep tahu kalau dirinya menjenguknya. Asep pun bertanya, “gimana kabar sin? Emang sakit paan neph?”, sinta pun menjawabnya, “akh… agak lumayan neph, cuma sakit flu aja neph”. Setelah dirasa cukup untuk berkunjungnya asep pun pamitan untuk pulang.
Setelah beberapa hari kemudian nana singgah di rumah asep dan memberi kabar kalau sinta telah meninggal. Asep pun sangat shock kabar yang nana berikan padanya. Nana pun bercerita kalau ternyata sinta ini mengidap penyakit AIDS, dan sinta sangat senang bisa berkenalan dengan asep ini. Asep baru ingat kalau sinta pernah menuliskan sms yang agak aneh baginya “qw juga lagi ditunggu neph” dan sinta pun tak mau meneruskan perkataannya itu. Nana pun memberikan hadiah lewat nana untuk asep sebuah jam tangan, katanya biar asep selalu ingat pada sinta apabila dia melihat jam itu. Asep pun meminta nana untuk menemaninya ke pemakaman sinta. Di pemakaman itu asep menangis dan nana pun berusaha menenangkannya, “ udah lah sep, kalau kau nangis pasti sinta disana pun kecewa karena kau tak mengikhlaskannya”. Asep pun menaburkan bunga di atas pemakaman sinta. Di dalam hati asep pun bersedih karena dia sangat cinta pada sinta tapi tak berani untuk mengungkapkannya selama ini.
7:29 PM 2/17/2010

4 komentar: